Rabu, 20 Maret 2013

[EXO-FANFIC] Kabut Mimpi


Judul: Kabut Mimpi
Author: Allotropy Equilibria
Genre: angst, tragedy
Rating: PG-17 (violence, murder, blood)
Cast: OC, Kris, Tao, Chanyeol

.

.

.


>KiriYume<

Sakit...

Perih....

Ngilu...

Kuseret tubuhku di atas aspal. Tak kupedulikan cairan kental yang terus mengalir tanpa henti. Beberapa kali napasku tertahan. Tak jarang pula tubuhku tak mau mengikuti perintah otak.

Terdiam.

Kaku.

Tak mau bergerak....

Tidak. Belum. Aku belum boleh berhenti di sini. Aku harus menemuimu... Aku harus memperingatkanmu....

Aku harus.... memberitahukan sesuatu padamu....

.

>KiriYume<


.

Jeritan-jeritan penuh semangat terdengar semakin jelas dari arah lorong. Aku mendongakkan kepala dan mendapati sosok tinggimu melewati ambang pintu. Paras tampanmu mengukir senyum lebar yang begitu menyilaukan. Seketika aku menundukkan kembali pandanganku dan berusaha bersembunyi di balik buku yang kupegang.

“Pagi!” sapamu dengan suara beratmu yang indah.

“Pagi, Pangeran!!” Para siswi di kelas langsung menjerit  dan mendesah tertahan karena terpesona olehmu. Lewat ekor mataku, kulihat kau hanya menampilkan barisan gigi putihmu pada mereka.

Ya, mereka menyebutmu pangeran. Jika bukan kau yang mereka beri gelar itu, maka aku akan menganggap sebutan itu berlebihan dan norak. Akan tetapi, gelar itu memang cocok untukmu. Kau tampan, tinggi bak model, pintar bergaul, cemerlang dalam pelajaran, jago olahraga, dan tentu dari keluarga elit yang membuatmu benar-benar cocok mendapat nama ‘Pangeran’. Kau begitu sempurna....

Tanpa sadar aku melirik sosokmu yang tengah mengobrol dengan teman-temanmu. Irisku terpaku pada tawamu. Sebelumnya aku tak pernah tahu bahwa sebuah tawa bisa begitu indah. Bahwa sebuah tawa bisa menyihirku....

Kristal coklatmu bersirobok dengan manik kelamku. Seketika aku merasa jantungku berhenti berdetak dan secepat kilat kupalingkan wajahku untuk membuat organku itu kembali berfungsi. Meski begitu, sekilas kutangkap kau menyunggingkan senyum manismu padaku.

Kau tersenyum padaku....

Apakah orang sepertiku.... boleh... menyukaimu?

.

>KiriYume<

.

Kau pasti tak pernah menyadari keberadaanku yang selalu memperhatikanmu.

Tahukah kau di mana aku selalu memperhatikanmu setiap malam? Kau pasti tak akan percaya jika kuberitahu. Setiap kali selesai menjalankan tugas, aku akan berdiam di atap rumah di samping istanamu. Memperhatikanmu dari balik jendela. Jika kau sudah tidur, aku akan nekat memanjat atap rumahmu dan melihatmu dari sana. Memandangimu hingga aku mengantuk. Tapi, hanya sebatas itu yang berani kulakukan.

Terkadang aku mengikutimu ke tempat kau biasa tampil bersama teman satu band-mu. Aku akan menonton penampilanmu dari sela-sela kayu yang melintang. Aku akan berdiam di sana hingga kau selesai dan mengikutimu pulang. Memastikan kau tiba kembali di istanamu dengan selamat.

Tahukah kau betapa sering aku terpikir untuk mengetuk jendelamu? Sering aku ingin membuatmu menyadari keberadaanku. Terkadang aku berkhayal kau akan tersenyum lebar padaku... mengobrol denganku... menerimaku. Namun, tentu saja itu tak terjadi. Kau akan ketakutan jika melihatku. Apalagi dengan bau darah yang mungkin melekat pada baju kelamku.

Kau pasti akan memandangku rendah jika tahu apa yang kulakukan setiap malam. Kau pasti tak akan sudi melihatku ada di sekitarmu. Kau pasti akan mengumpat dan mengataiku. Membenciku dan memperlakukanku bagaikan binatang. Tak apa, aku sudah terbiasa. Karena aku....

....aku pembunuh.


Ini bukan keinginanku, sungguh. Aku melakukan ini...demi uang. Demi tempat.... Demi kehidupan....

Seandainya memiliki pilihan lain, aku tak ingin berjalan di kegelapan ini. Seandainya boleh memilih, aku tak ingin terbiasa hidup dalam lorong gelap ini. Sayangnya, takdir tak membiarkanku memilih... Aku terlanjur terbiasa berada dalam kegelapan....

Karena aku lahir dan besar dalam kegelapan....



Kau tahu, aku bahkan tak tahu siapa orang tuaku. Aku tak memiliki ingatan akan masa kecilku. Hal yang kuingat hanyalah Lord Kris dan pelatihan keras yang ia berikan padaku. Percayakah kau jika kukatakan aku bahkan tak tahu siapa namaku? Mereka memanggilku “Kiriyume” karena keberadaan ukiran kanji itu di lengan kiriku. Bukan, bukan cat atau tinta yang dicap pada lengan kecilku. Melainkan ukiran pisau. Bekas luka yang membentuk kanji “kiri” (kabut) dan “yume” (mimpi).

.

>KiriYume<

.

“Guys, nanti malam jangan lupa datang ke rumahku ya!” serumu di depan kelas saat jam isitirahat. Menarik perhatian semua orang yang menanggapi dengan positif ajakan pestamu itu.

Aku hanya terdiam dengan buku tebal dalam tanganku. Apakah orang sepertiku pun boleh masuk ke istana indahmu?



“Kau juga datang, kan?”

Suara berat yang mendadak terdengar itu membuatku mendongak dengan terkejut. Lensaku memantulkan wajah tampanmu yang tersenyum hangat. Tak ada suara yang sanggup keluar dari kerongkonganku. Aku menahan napas dan hanya terpaku memandang lukisan Tuhan yang begitu mempesona di hadapanku ini.

“Kau harus datang, ya,” ucapmu sebelum terkekeh pelan dan kembali pada teman-temanmu.

Benarkah aku boleh datang...?

.

>KiriYume<

.

Tanganku gemetar dan tanpa sadar meremas lembar foto itu. Mataku melebar tak mau mempercayai bahwa paras indahmu lah yang terpantul di retinaku. Aku menatap Lord Kris yang tersenyum sinis.

“Bunuh orang tuanya dan akan kubiarkan pangeranmu selamat,” ujarnya dingin. Aku mengeratkan rahang dan mengepalkan tangan, menahan diri agar tak menarik katana (pedang samurai) dan menghunjamkan logam itu padanya.

Ia tahu…

Aku menolak tugas ini,ujarku dengan gigi bergemeletuk. Berusaha menekan gejolak emosi yang mendera. Memberanikan diri melawan perintah majikanku.


...meski aku sudah menduga apa jawaban yang akan diberikan Lord Kris...


“Kalau begitu Tao akan menggantikanmu,” ujarnya acuh sebelum seringai lebar ditampilkan paras dinginnya “Dan akan kusuruh dia untuk membunuh pangeranmu juga.”

Sebuah shuriken (senjata ninja, logam tajam berbentuk bintang) melintas tepat di samping pipi tirusnya dan menancap di kening kepala kijang awetan pada tembok di belakangnya. “Kepalamu akan menemani kijang itu saat aku pulang nanti,” desisku sebelum meninggalkan ruangan itu. Tanganku terkepal erat dan otakku berpikir cepat.

Akan kulakukan apapun untuk melindungimu....

.

>KiriYume<

.

Selama ini Lord Kris selalu menyuruhku melaksanakan tugas seorang diri. Memata-matai dan menghabisi lawan dapat kulakukan tanpa sebuah tim. Hal itu mempermudah rencana nekatku malam ini....

Iris kelamku menatap tajam dari sela dedaunan. Ruang pesta itu tampak ramai. Lampu menyala terang benderang menampilkan beragam makanan mewah di sekeliling orang-orang berpakaian mahal. Aku menemukan kedua orang tuamu di antara gerombolan yang sedang berbincang dengan gelas wine di tangan.

Lewat ekor mataku, kulihat ayahmu bergerak menuju toilet. Melepas earphone dan membuangnya ke tanah, kupastikan tak ada lagi yang bisa menghubungkanku dengan markas.  Memastikan tak ada seorangpun dari organisasi yang ada di sana selain diriku, aku memanjat gedung hotel itu dan menyelinap masuk ke lorong lewat jendela di lantai 3.

Saat ayahmu keluar dari toilet, kuarahkan sisi tajam kunai-ku (senjata ninja, mirip pisau lempar dengan dua sisi tajam) pada lehernya. “Jangan bergerak atau lehermu putus,” bisikku padanya. Pria itu menegang dan kaku dalam genggamanku. Ia tak bergerak dan balas berbisik dengan putus asa.

“Jangan bunuh aku. Kumohon. Berapapun akan kubayar asal kau melepaskanku.”

Penjelasan mengenai rencana yang hendak kulakukan dengan bantuan ayahmu sudah berada di ujung lidah, akan tetapi yang keluar dari mulutku bukan kata-kata melainkan darah. Aku mendengar ayahmu mengerang sakit. Kutatap bingung kunai-ku yang masih tak menyentuhnya. Saat sedang memproses apa yang terjadi, aku merasakan logam tipis ditarik menjauh dari perutku, menembus punggung ayahmu sebelum tubuh tinggi tegap itu ambruk di hadapanku.

Seorang pemuda dengan surai sekelam malam dan lingkaran hitam di bawah mata balas menatapku. Ia mengibaskan pedang wushu-nya dan menyebabkan cipratan merah menodai tembok.

“Tao!!” geramku.

Seharusnya aku tahu, Lord Kris akan mengirim ular itu untuk mengawasiku. Kutatap mata gelapnya dengan marah. Namun, ia tak memandangku. Kristal kelamnya mengarah pada seseorang di belakangku. Ia melompat melewatiku di lorong yang sempit itu dan berlari ke arah ibumu yang mulai menjerit. Kulempar shuriken ke arah ahli wushu itu. Dua shuriken menggores bahu dan menancap di punggungnya. Empat yang lain ditangkisnya.

Pedang tipisnya beradu dengan katana-ku saat kutebaskan logam itu padanya. Luka yang menganga di perutku membuat gerakanku melambat. Beberapa kali senjatanya mengiris kulitku, namun aku juga berhasil melukai pahanya. Kuarahkan ujung pedangku tepat menuju lehernya saat suara tembakan terdengar.

Dua peluru. Satu merobohkan ibumu yang terpaku tak tahu harus berbuat apa. Satu lagi menembus pundakku dan membuatku terjatuh di hadapan Tao yang memandangku dingin. Aku terbatuk dan memutar tubuh untuk melihat Lord Kris bersandar pada jendela dengan revolver kesayangannya.

“Sudah kuduga kau akan mengkhianatiku, Kiriyume,” ujarnya bosan. Tungkai panjangnya menghampiri tubuhku yang meringkuk di atas lantai. Ujung sepatunya membalikkan tubuhku hingga wajahku dapat menatap sosoknya yang menjulang dengan jelas.

“Kau gagal menjalankan tugasmu, gadis manis. Kau tahu apa hukumanmu, bukan?” Ia menyeringai sinis sebelum memberi isyarat pada Tao.

Don’t you dare!!” raungku sambil menarik kakinya yang terjerat rantai Kusarigama knife-ku (pisau yang terhubung dengan rantai dan memiliki bandul pemberat di ujungnya). Pria tinggi itu terjerembab dan aku menghunus katana-ku. Mengarahkan ujungnya yang runcing pada nadi di lehernya.

You can’t kill me,” bisiknya. “Ore-sama wa kisama no otou-san dayo, Kiriyume-chan.” Lord Kris menyeringai meremehkanku yang gemetar. Ia benar, aku tak bisa membunuhnya... Meskipun aku membencinya.... Bagaimanapun perlakuannya.... Betapapun aku ingin membunuhnya.... (“Aku adalah ayahmu, Kiriyume-chan”)

...aku tidak bisa membunuh pria ini.

Berteriak kesal, aku menginjak perutnya dan melemparkan shuriken ke arahnya. Satu merobek pipi tirusnya yang mulus, lima yang lain mengunci gerakannya di lantai.

Tak mempedulikan cairan merah yang terus membanjir keluar dari tubuhku, aku melompat ke kusen jendela. Iris hitamku mendapati Tao berlari di jalanan di bawahku. Aku tahu ke mana ia akan pergi. Menjalankan perintah Lord Kris untuk... membunuhmu.

Sebelum aku sempat turun dari jendela dan meraih talang air untuk kupanjat turun, sebuah letusan kembali memutus jalan pikiranku. Peluru kecil itu mengoyak dadaku dan membuatku kehilangan pijakan.

“Kau terlalu naif, gadis kecil,” suara berat Kris adalah hal terakhir yang kudengar sebelum desau angin memenuhi telingaku diikuti derak tulangku yang berbenturan dengan aspal jalan.



Sakit....

Bisa kurasakan aliran darah meninggalkan tubuhku. Membasahi pakaianku dan membuat genangan merah di atas aspal hitam.

Apakah aku akan mati?


Mengerang keras, kupaksa tubuhku untuk berbalik. Air mata memenuhi pelupuk mataku. Sakit. Sakit sekali. Tapi aku tidak boleh mati! Tidak! Aku harus mengejar Tao. Aku harus mencegah Tao mencapai tempatmu...

Tao...

Mataku yang kabur menampilkan sosok pemuda dengan pedang wushu itu berdiri tak jauh dariku. Aku tak bisa melihat matanya, tapi aku tahu ia tengah menatapku. Memandang iba pada rivalnya yang meregang nyawa dan menyedihkan bagai ulat yang terinjak? Aku tak peduli. Aku hanya mempedulikanmu. Aku hanya memerintahkan otakku untuk menyeret tubuh ini. Jemariku yang licin mencakar jalanan. Kutancapkan kuku di tanah, menjadi topangan, kuhela tubuhku maju. Teriakan tulang-tulangku yang patah dan ngilu tak kudengarkan.

Tao tak bergerak dan hanya membiarkanku saat aku berhasil menyeret tubuhku melewatinya.

Kenapa?

Ia tak berusaha mengejarku. Ia tak berusaha menghentikanku.

Kenapa?

Apa karena ia tahu aku akan segera mati?

Apa karena ia tahu aku takkan bisa mencapai tempatmu?


Pemikiran itu membuat kristal bening jatuh dari mataku. Erangan sakit keluar dari kerongkonganku. Aku menggelungkan tubuh, berusaha meredam perih tak terkira akibat luka di perutku yang bergesekan dengan aspal.

Aku harus menemuimu.... Aku harus memperingatkanmu.... Aku harus melindungimu....


Aku ingat pertemuan pertamaku denganmu.

Kau menolongku memunguti buku yang berserakan di saat orang-orang menginjaknya.

Kau membantuku membawa buku itu di saat orang-orang mengacuhkanku.

Kau berbicara padaku di saat orang-orang menjauhiku.

Aku ingat, senyum lebarmu dan suara beratmu yang menyihirku.

Aku ingat, kebaikanmu adalah hal yang membuatku terjatuh pada pesonamu....



Paras indahmu memenuhi benakku sebelum pandanganku mendadak menjadi gelap. Tak ada yang bisa kulihat. Tidak jalanan, tidak pohon, tidak langit malam, bahkan tidak jemariku sendiri. Aku melolong. Kutarik pita suaraku untuk memprotes pada siapapun yang telah merebut penglihatanku. Akan tetapi, aku tak mendengar apapun. Tak ada suara yang keluar dari mulutku. Tak ada suara yang terdengar oleh telingaku, bahkan desah napasku sendiri....

Bisa kurasakan cairan hangat mengaliri pipiku. Bercampur dengan genangan merah yang terus keluar seiring tubuhku tak lagi mampu untuk bergerak maju.

Aku ingin menemuimu.... satu kali lagi saja. Aku ingin melihat wajahmu.... Sosok indahmu... senyum lembutmu... Sinar hangat matamu...

Aku ingin memberitahukan sesuatu padamu....


Kau tersenyum menatapku. Bibirmu merekah lebar. Matamu bersinar hangat. Suara beratmu memanggilku. Aku mengulurkan tanganku yang bersimbah darah. Susah payah kusodorkan boneka phoenix hasil jahitanku. Jahitannya tak rapi dan ia basah karena darahku.

Aku belum terlambat, kan?

 “Sae...ngil.. chu...kae... Chan... Yeol...-ssi....”

...saranghae...

.

>KiriYume<

.

“Kau tidak membunuhnya, Lord?”

“Tak ada alasan bagiku. Tunggu 10 tahun lagi dan kepalanya akan berharga lebih mahal dari bayaran yang kita terima malam ini.”

.

.

Mimpi indah, kabut mimpiku.

Dunia ini terlalu kejam untuk kau ikuti.

.

.

.

A/N: Halo, Allotropy di sini~
Tumben sekali ya aku bikin ff straight? Huehehehehe... Ini ff yang aku ikutin buat event di wp exoff sebetulnya, tapi aku ga menang hiks T__T
Okelah. Aku Cuma ingin tau aja gimana kalo menurut readers ff-ku yang satu ini? Pasti membingungkan yaaa? xDD huehehehe

Gomawo udah baca, apalagi like dan komen ^^


Regards,

Allotropy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar